About

I believe I can fly

I believe I can fly

SUFISME kampoeng: Agama Tawa & Cinta

Ketika masih kuliah sekaligus tinggal di Pesantren ada kesukaan baruku, yakni; menikmati cerita-cerita sufi. Karena disana ada kisah cinta, ketulusan, kasih sayang, persahabatan, kesetiaan, keikhlasan, pertobatan, haru, tragedi, keadilan dan setumpuk dramatikal petualangan hidup termasuk tak ketinggalan; lelucon kehidupan.

Bagiku, para sufi –sejati– teramat pintar bertutur termasuk melalui canda tawa atau humor jenaka. Padahal tradisi humor sufi diusung oleh orang-orang yang dianggap “kurang waras”.  Tanpa peduli hirarki dan tatanan sosial, orang “kurang ajar” ini menertawakan segala persoalan atas dasar realitas dan kenyataan; bukan retorika dan simbolisme palsu.

Dengan lelucon sufi, sejenak aku bisa melupakan kesulitan hidup, tetap dinamis,  bersemangat & membunuh sepi. Humor bisa dijadikan obat mujarab penenang hati dikala duka tanpa seorangpun menjadi sakit hati, terlebih dengan humor pikiranku menjadi lebih sehat (… eheem) tanpa harus mengkonsumsi panadol atau analgesik penghilang sakit kepala.

DwiKawan! Selama hidup kita sebaiknya jangan alergi berguyon terlebih membuang canda, sebab inti surga adalah tawa. Mereka yang berpikir serius pasti punya kemampuan guyon yang kental, jika tidak pasti dia bukan tipe seorang pemikir keras.  Makanya dari jaman baheula (fir’aun ato ken arok masih ABG) saya teramat kurang simpatik dengan mereka yang (berpikir/berprilaku) terlalu kaku, tidak ada gelombang otak, kurang variatif dan terlebih punya wajah membosankan.
Dulu itu, kalau kita menyampaikan lelucon SARA, juga enggak ada yang protes karena semua orang pada dasarnya suka kelucuan.
Humor adalah sifat kemanusiaan yang menempel lekat pada diri manusia, sama hal seperti rasa sedih, rasa kecewa, rasa kuatir, rasa bahagia, dan sejenisnya. Walhasil ketika orang melarang humor itu sama saja dengan memangkas sifat kemanusiaan. Jika berhasil memisahkan humor dari diri manusia –entah dengan alat agama atau disiplin profesional– maka manusia akan terasa ganjil, ada yang aneh, ada yang kurang. Sampai di sini kita paham, mengapa Nabi Muhammad juga menyukai sentilan-sentilan.
Humor adalah cara manusia menunjukkan kecerdasan dalam bentuk yang lain, kemampuan mencipta, sebab membuat setetes air mata pun mereka tidak bisa.

Sosiolog asal Iran, Asef Bayat, pernah berbicara tentang “fun and fundamentalism”. Dia bilang, ciri-ciri kelompok Islam fundamentalis adalah membenci humor, apalagi humor agama. Mereka terlalu serius dengan kehidupan agama mereka, tak bisa rileks. Mereka “fun-damentalist”, tetapi mereka tidak “fun”… HUAHAHAHAHA

Manusia adalah makhluk yang suka bercanda dan membangun hidupnya berdasarkan cerita yang dipercayainya. Kita cenderung menerima cerita dan menyampaikannya dalam bentuk cerita pula. Tanpa cerita apalagi miskin canda, hidup kita akan carut-marut. Dengan cerita, kita mampu menyusun dan menghimpun pernak-pernik kehidupan yang berserakan.

Sekedar canda, kalau di Indonesia saya dipaksa memilih seorang pejalan sunyi yang tangguh, yang hidupnya adalah puisi, dan setiap hembusan nafas dan langkahnya adalah kesetiaan pada proses, maka pilihan tokoh lokal kita ini pasti lebih amat lucu ~ Gus Dur…! 😀 . Tapi kalau untuk tokoh luar, saya lebih mencintai Abu Nawas (si Juha, Mulla atau Nasruddin), daripada al-Ghazali yang ribet itu, atau Rumi si pemabuk atawa Ibnu Arabi yang mumet,,, wkwkwkwk 😀

Ama95Bagaimana dengan yang from West…? Kalau tokoh barat tidak ada yang cerdas, semua kaku dan tegang, Nietzsche itu gila, Freud syaraf, Plato terlalu formal, Foucault kurang jembar, Sartre cuma gitu2 saja alias hambar bro! Dan jika harus memilih tokoh barat, saya pasti pilih Socrates aja; tua, jelek, beristri cantik walau cerewet,  berbadan kekar, kere, dan mati dibunuh… hahahahahahaha 😀

Bagi yang dari detik ke detik menjaga keseriusan hidup, hidup amat khusyu’, berpikir amat fokus, dan tak pernah melakukan kesia-siaan dan kemubadziran waktu, ingatlah satu hal yang penting, catalah “tweet” Socrates.

X110Dari sejumlah ‘fatwa” Socrates yang paling mudah saya ingat cuma satu; menikahlah!,
“Kalau engkau mendapat istri yang sesuai dengan kehendakmu, maka engkau akan bahagia – tapi bila engkau mendapat jodoh yang cerewet, sering bermuka masam, banyak menuntut, dan selalu tidak bersyukur — asal kau bisa mengolahnya,
kau akan menjadi filsuf, jadilah orang yang bijaksana…!” 😀 hahahahaha

Kawan! Buatku, kehidupan ini adalah sejenis senda gurau, gurauan yang tidak saja memberitahukan akan makna-makna kegenitan duniawi tapi juga berisi kejenakaan dan kesadaran diri yang ingin menyatu dengan-Nya.
Sekarangpun aku tetap berpikir kalau dunia sufisme adalah ‘Agama’ tawa sekaligus cinta, cinta yang mampu mengantarkan jiwa ini menuju Sang Pencipta. Kenapa harus tertawa?  Salah satu jawaban adalah bergeloranya para “penjaja”  agama yang hadir dengan model budaya pop, lebih-lebih jauh dari pijakan khazanah kekayaan intelektualisme Islam. Uniknya mereka telah menghadirkan kelucuan tersendiri. Dalam dunia nyata kita terhimpit antara dua kelompok; pertama, yang terbahak-bahak dan terpingkal-pingkal mengusung agama humor dan kedua, kelompok yang teriak-teriak marah, memaki, mengancam, menyerang dan mendistribusikan benci karena memuja agama horor.
Cerita sufi kadang-kadang menggelitik bahkan cenderung “nakal” tetapi kisah-kisahnya mengajarkan banyak kearifan. Kearifan memang tidak harus disampaikan dengan kening berkerut, tapi bisa juga disampaikan melalui cerita jenaka. Kejenakaan  sufi tidak hanya dipenuhi dengan teori-teori kearifan (hikmah) teoritis, tetapi humor sufi lebih banyak mengajarkan kearifan praktis yang muncul pada sebagian besar kisah-kisah  yang amat masyhur di dunia tasawuf.

Amina 1Bukankah dunia tawasuf adalah jalan setapak bagi orang-orang yang ingin melakukan perjalanan ruhani yang panjang, mendekatkan diri keharibaan Tuhan, atau lewat konsep yang lain malah menuju “Tuhan” itu sendiri? (Wk.wk..wk…wk… kumat mode-on)

Seperti kita ketahui, tema dalam Irfan/Tasawuf/Filsafat dapat dibagi dua; pertama, konsep-konsep teroritis, yang memang dijelaskan dengan kaidah dan metode khusus, dan kedua, konsep-konsep terapan (aplikatif). Yang kedua inilah yang bisa dipaparkan di “kampoengsufi” dengan bahasa populer(ringan). Lebih dari separuh atau seperempat artikel kampoeng ini berisikan konsep terapan irfan/tasawuf/filsafat, meski kadang dijelaskan dengan gaya humor, satir, cerita atau quote2 logis. Oleh sebab itulah blog ini  sangat menghindari memaparkan berbagai praktek ajaran ‘lucu’ yang bisa melahirkan alkoholisme dalam jelajah spiritual, disaat yang sama mudah-mudahan upaya kecil ini bisa menghantarkan kita  ke pintu argumentasi serta kepuasan rohani yang rasional.

Meski kisah-kisah ini masih ber’latar’ indera & pengalaman (positivisme-empirisme & eksperimentasi), rasio atau cerita orang lain, ANDA (sebenarnya saya) masih harus melalui jalan panjang untuk mendapatkan penyaksian ruhani dan penyingkapan batiniah, terlebih jika INGIN menjadikan tasawuf sebagai jalan kearifan & sarana mencapai ma’rifah (ilmu pengetahuan sejati tentang segala hakikat kebenaran dan kesempurnaan: Allah, apalagi jika mau menjadikannya sebagai perubah sosial yang revolusioner, bergelora & menggetarkan . (hehehe). Yang pasti, dalam penyajian sederhana(terbatas) ini, mudah-mudahan kita akan menemukan pijakan  ‘awal’  terhadap tema-tema filsafat Islam & ‘irfani’ yang dalam, tinggi dan luas untuk menjadi solusi yang relevan dgn dinamika kontemporer…
Selamat datang di blog kampoeng@SUFI, mudah-mudahan blog  ini menjadi ‘kampoeng” – tempat kita kembali – bersama dimana kita bisa berkumpul dan menTERTAWAkan dunia ini sebagaimana tertulis di Kitab Suci ~ “kehidupan ini adalah senda gurau”, dalam bahasaku inilah “sufisme kampoeng” ;SEBUAH AGAMA TAWA & CINTA, sebuah paparan yang jauh dari budaya ‘agama’ metropolis yang hedonistik.

Akhirul kalam, pengalaman puluhan tahun tertatih  menapak jalan Ahlul Bayt Keluarga Nabi saww melahirkan keyakinan dan ‘kedamaian’ tersendiri ditengah turbolensi kehidupan, oleh karenanya blog  ini  hanya akan diisi wacana ruhaniyah  (entry level) segar – sederhana juga –  melalui bahasa ringan & ‘lucu’ tanpa kehilangan makna demi menjadikan hidup kita menjadi lebih aktif, dinamis, dan bersemangat.

Dengan sajian menu – ndeso– yang ada di kampoeng@SUFI ini, (semoga kita) para penempuh jalan Tuhan memiliki pilihan yang lebih baik & rasional.

Angkutan Desa Kampoengsufi

Salam bagimu Ya Rasulallah ,
Salam bagimu Ya Amiral Mukminin,
Salam bagimu Ya Zahra Ummu Abiha
Salam bagimu A’immah min Ahlibaytin Nabi,  Salam bagi semua Awliya Allah,
Salam bagi Guru & Ustadz-2 ku,,
Salam bagi Abahku Salman bin Ja’far Shiddiq dan Ibuku Roesni binti Siddiq
TOLONGLAH DAN DOAKAN kami….!

Salam Bahagia.. tetaplah Semangat…tetaplah Shalawat..!

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad wa ajjil faraja aali Muhammad